Selasa, 30 Juni 2009

Polisi belum Banyak Berubah

Zanikhan Sadeli has posted a new blog entry.


Manage alerts settings

Blog EntryPolisi belum Banyak BerubahPosted by Zanikhan on Jul 1, '09 11:29 AM for everyone
Polisi mungkin lembaga yang paling sedikit menerima pujian publik.
Masyarakat sampai hari ini masih sangat pelit untuk mengacungkan jempol
kepada kerja kepolisian.



Apakah ini berarti kepolisian sangat buruk? Tidak juga. Polisi
memang telah dan sedang berubah. Tetapi perubahan itu seperti siput
yang merayap, tidak sekencang burung yang terbang.



Mengapa publik begitu kikir memuji, tapi amat gampang mencela
polisi? Karena ekspektasi yang begitu tinggi terhadap peran polisi itu
sendiri.



Kepolisian Republik Indonesia yang hari ini berulang tahun ke-63,
mewarisi sebuah beban yang amat berat. Reformasi telah memaksanya tanpa
persiapan matang untuk berubah menjadi sipil bersenjata dari militer
berbedil.


Ini adalah akibat dari sistem lama yang menggabungkan kepolisian dalam wadah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.



Dalam sistem lama polisi adalah anak tiri dari ABRI.



Ketika reformasi tiba dan demokrasi bergelora, polisi tanpa
persiapan matang harus mengambil alih peran keamanan yang selama Orde
Baru adalah kewenangan militer.



Inilah biang utama mengapa publik pelit mengapresiasi polisi.
Karena demokrasi dan kebebasan membuka ekspektasi publik tanpa kendali,
sementara polisi terkendala banyak persoalan internal. Tidak berimbang
antara harapan masyarakat tentang polisi yang ideal dan kemampuan
faktual polisi memenuhi harapan itu.



Untuk mengubah persepsi publik terhadap polisi yang amat buruk di
masa lalu, diperlukan perubahan-perubahan luar biasa dan konsisten pada
kinerja polisi. Sebuah krisis kepercayaan yang amat besar tidak bisa
direbut kembali dengan prestasi yang biasa-biasa saja. Harus ada
kinerja luar biasa yang mampu mengubah persepsi dan preferensi publik.



Sejauh ini, perubahan yang mulai kentara adalah keinginan kuat
polisi untuk menjadi pelayan publik yang efektif. Ada pusat-pusat
pengaduan masyarakat yang menyebabkan setiap warga bisa datang
mengadukan persoalannya. Pelayanan SIM, STNK, dan pajak kendaraan sudah
ditempuh melalui bank dan pelayanan keliling. Sosok sipil yang melayani
mulai terlihat.



Akan tetapi, yang belum berubah banyak adalah dalam wilayah polisi
sebagai penegak hukum. Belum ada rasa nyaman dan kepastian publik yang
berurusan dengan polisi dalam soal hukum. Berurusan dengan polisi
dianggap menambah masalah daripada menyelesaikan perkara.



Skeptisisme terhadap polisi melalui sindiran lama masih bergema.
Yaitu, melapor kepada polisi tentang kambing yang dicuri kita harus
menjual sapi. Kambing tidak ditemukan, sapi pun melayang.



Ini semua adalah kompleksitas polisi terhadap uang yang kemudian
dipopulerkan melalui istilah menyindir delapan enam (86). Demi delapan
enam polisi bisa menggadai peraturan bahkan harga diri. Preman-preman
yang bermunculan di jalan dalam berbagai bentuk ternyata menjadi bagian
dari kehausan polisi terhadap delapan enam.



Ini semua kita paparkan, tentu, tidak dalam rangka kebencian
terhadap polisi. Tetapi justru merupakan kritik karena kita
sesungguhnya sangat cinta pada mereka.



Polisi, apa pun reputasinya, adalah vital bagi penegakan keamanan. Bayangkan sebuah negara hidup tanpa polisi. Mana tahan....



Romantisme masyarakat dengan polisi sesungguhnya terdefinisi dengan baik dalam judul lagu Benci tapi Rindu. Ada polisi dibenci dan dicaci, tetapi tidak ada polisi mana tahan....



Inilah kritik sekaligus ekspresi kecintaan kita terhadap polisi. Viva Kepolisian Republik Indonesia.
 
http://zanikhan.multiply.com/profile








Add a Comment
   




Copyright 2009 Multiply Inc, 6001 Park of Commerce, Boca Raton, FL 33487, USA
Stop e-mails, view our privacy policy, or report abuse: click here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar