Sunday, 28 June 2009 TSI Teror Penonton Palembang
Pentas teater berjudul Perempuan Gerabah atawa Ritus Kawin Tanah, karya sutradara Nandang Aradea yang dibawakan Teater Studio Indonesia (TSI) mampu memukau ratusan penonton dari kalangan pelajar, mahasiswa, umum, dan pekerja teater. Pementasan berlangsung selama dua hari, Jumat-Sabtu (26-27/6), pukul 14.00 WIB, di Graha Budaya Jakabaring.
Pementasan tersebut menyuguhkan tontonan berupa narasi tanah, tubuh, dan ruang. Dalam konsep pemanggungannya, Nandang ingin menyampaikan bahwa manusia dengan susah payah membangun dunia (dianalogikan dengan gerabah, red) dari tanah. Setelah menjadi sebuah bentuk, manusia merayakannya dan membanggakannya. Akan tetapi, di kemudian hari dunia (gerabah, red) itu jadi tak berharga, retak, pecah, dan diinjak-injak sendiri. "Entah harus sakit, entah harus bahagia," jelas Nandang dalam penghantar apresiasi pementasan.
Tidak hanya itu, lakon Perempuan Gerabah berhasil meneror penonton di Palembang. Konsep panggung arena yang terbuat dari bambu dengan revolving stage berdiameter 3,5 meter di tengahnya seakan menghapus jarak antara aktor dengan penonton. Bahkan, penonton sempat histeris saat diteror dengan cipratan tanah. Sepertinya, aktor ingin menimbulkan efek estetis berupa bunyi-bunyian, baik bunyi gerabah maupun tanah yang menjiwai pementasan, sementara tak satu kata pun keluar dari mulut mereka.
Sehubungan dengan itu, dalam pengaruh filsafat bahasa De Saussure, Antonin Artaud pernah mengemukakan bahwa jiwa bukan cuma kertas di atas teks dan menawarkan usaha melakukan reteaterikalisasi teater, di mana teater mesti diterjunkan kembali dalam kehidupan. Bukan hanya secara naturalistik, tapi juga mistis dan metafisis. Akting dan pemanggungan, mesti ditangkap sebagai keseluruhan tanda-tanda nyata dari bahasa rahasia dan tersembunyi.
Menurut Nandang, metafor tanah dan gerabah terlihat jelas pada hubungan diri kita dengan proses demokrasi. Kita membangunan demokrasi memujanya, tapi kemudian kita malah meludahi dan tidak memercayainya. "Itulah yang ingin saya angkat dalam perempuan gerabah," ujarnya di sela-sela jeda pembicaraan.
Sementara itu, Edwin Fast selaku ketua panitia mengatakan, lakon ini mengandung metode berbasis pada riset dan konsep laboratorium Teater Studio Indonesia, baik membangun ruang, teater, yang menginterupsi dan menyentuh persoalan-persoalan sosial.
"Sebab, sebuah teater yang profesional harus mandiri dan independesi pada tingkat sosial, ekonomi, pendidikan, pembebasan dan pemanusiaan bagi para pekerja teater dan masyarakat dan penontonnya," pungkas Edwin.(Yudi Afriandi) http://zanikhan.multiply.com/profile
Copyright 2009 Multiply Inc, 6001 Park of Commerce, Boca Raton, FL 33487, USA Stop e-mails, view our privacy policy, or report abuse: click here |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar