Selasa, 30 Juni 2009

Eska dan Gerbong Ketiga

"Kang Dani " has posted a new blog entry.


Manage alerts settings

Blog EntryEska dan Gerbong KetigaJun 30, '09 4:22 PM
for everyone
Ditulis dalam rangka memperingati Milad Milist Sekolah-Kehidupan

~DA~



Idealnya, tahun ke tiga untuk sebuah komunitas adalah fase pendewasaan diri. Konsolidasi yang rapat, dan perapihan struktural. Setelah dua tahun ke belakang menjadi bagian dari proses Scaning Character dari setiap orang di dalamnya. Dan pada tahun ketiga ini, saya masih berada dalam gerbong terdepan sebagai masinis kereta yang teramat panjang. Meski terkadang lelah, saya harus tetap terjaga mengawal hingga stasiun berikutnya: Suksesi kepengurusan. Dengan harapan bahwa tahapan ideal itu menunggu di stasiun tersebut.

Tentu saja fase tersebut tidak hanya dapat dinilai dari terus bertambahnya trafict penumpang, ataupun riuhnya gerbong. Karena ini bukan soal jumlah atau siapa penumpangnya. Tapi soal seberapa bisa masinis mengakomodir seluruh aspirasi para penumpang. Bukan tugas yang mudah. Saya putuskan untuk menikmati saja perjalanan ini.

Berada ditengah-tengah mereka merupakan pengalaman hidup yang nyaris sempurna. Saya curiga, jangan-jangan mereka adalah para malaikat yang menyamar menjadi sahabat SK. Bisa jadi, karena dalam syair lagunya, Dee berkata : "Karena kau tak lihat terkadang malaikat tak bersayap tak cemerlang tak rupawan". Saya akan selidiki ini nanti, kapan-kapan.

Bukan omong kosong jika saya katakan kejutan-kejutan besar dalam hidup saya terjadi ketika saya berada dalam gerbong sekolah kehidupan ini. Kejutan yang bahkan perlu beberapa lama untuk dapat saya cerna dan pahami. Betapa di dalamnya saya merasa... nano nano...*bukan iklan*.


Perjalanan Hari Pertama: Gerbong Pertama

Pertama kali menyusuri gerbong yang serupa dengan kereta sungguhan, yang para penumpang di dalamnya begitu pelangi,  saya dapat dengan cepat bergaul masyuk dengan mereka. Ibarat facebook, saya terus memberi tag pada setiap orang yang saya temui di dalamnya. Meng-add  mereka sebagai teman, sambil menunggu konfirmasi, saya menyapa mereka satupersatu, menyalami dan berfoto bareng, bahkan sesekali berbagi bekal dalam perjalanan.  Saya yang memang tidak terlalu bermasalah dengan kepercayaan diri, meski tidak sampai pada taraf tidak tahu malu, dapat dengan cepat masuk ke dalam friendlistnya  masing-masing.

Bahwa siang itu saya akan mendapatkan kejutan dan menjadi selebriti, tak pernah terlintas sedikitpun dalam benak. Tapi memang ibarat pisang yang disekap agar cepat matang. Atau ibarat Manohara yang juga disekap di Kelantan, popularitas instan itu dengan cepat saya raih. Paling tidak, seruangan itu tahu, sayalah yang mendapatkan sebuah laptop, pada saat yang sangat tepat. Pada waktu yang juga pas. Benar kawan, Tuhan tahu apa yang dibutuhkan ummatnya.

Banyak sekali mata yang haru untuk saya saat itu. Entahlah, meski saya tidak pernah sekalipun berada dalam antrian BLT, tapi semuanya mafhum  bahwa saya pernah menulis novel dengan tulisan tangan, dan menjualnya untuk biaya menikah, tak lama lagi dari pesta itu. Tak ada predikat SK Idol untuk saya, karena gelar itu sudah diraih oleh yang lain. Atau tidak juga Bintang SK. Tapi saya yakin lebih beruntung dari itu semua. Hanya syukur saat itu, dan berharap ini adalah pertanda pintu rizki yang tak terduga-duga itu mulai terbuka untuk saya. Dan benar saja, semuanya mengalir deras.

Gerbong pertama ini meninggalkan kesan yang tak terhingga buat saya. Kegembiraan yang hanya bisa diterjemahkan jika  melihat acara bedah rumah pada si pemilik rumah, dan reality show semacamnya. Tentu tidak termasuk termehek-mehek. Pesta pertama yang menyenangkan. Saya yakin, bahwa di pesta inilah interkasi yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup.  Betapa tidak, bahu-bahu raksasa yang kelak  dapat membuat saya  melihat dunia dengan sudut pandang yang lebih luas,  --kutipan pidato ketua SK pertama-- saya temui saat itu.


Perjalanan Hari Kedua: Gerbong kedua

Gerbong SK yang membwa kami terus melaju pada rellnya. Lesat meski tak secepat cahaya. Saya resmi menjadi masinis untuk kereta panjang itu. Peralihan yang sederhana dengan setumpuk travellguide berupa pengalaman.

Saya berada paling depan. Dan benar saja kecurigaan saya, mereka adalah malaikat yang menyamar menjadi sahabat dan siap membangunkan saya dari mimpi yang melelap, sahabat yang akan menemani ketika saya merasa sepi, sahabat yang akan mengingatkan bila saya sedikit mis orientasi. Dan sahabat yang akan mengingatkan saya untuk mengucap syukur ketika datang nikmat, mengingatkan untuk istighfar ketika datang khilaf, dan sahabat yang akan membantu saya mewujudkan mimpi.

Meskipun demikian, sebagai masinis, saya tetap harus menagih tiket, dan sesekali menurunkan dengan paksa jika saya dapati mereka tidak membawa tiket dan terlalu rusuh di dalam gerbong.

Saya yang terkadang over PD, dan sedikit konyol, sedikit jail, sedikit nakal,  sedikit egois, sedikit baik hati, dan sedikit menabung. Dengan percaya diri menerima amanah yang dititipkan oleh para penumpang. Mimpi yang dihimpun dengan banyak ekspektasi dan orientasi itu saya terima. Bahwa saya harus tetap terjaga dan mengantarkan mereka ke stasiun berikutnya adalah sebuah keniscayaan. Saya tak dapat lagi menolak. Mimpi sudah dihimpun, maka saya harus segera terjaga dan mengurai mimpi itu.

Gerbong kedua di hari kedua. Sebuah pesta kebun yang yang menyenangkan dan sedikit membosankan. Mereka tidak terlalu bersemangat, mungkin karena lelah setelah semalaman menyiapkan pesta kebun ini. Peralihan otonomi, regenerasi dengan simbol nasi tumpeng yang sedikit mubadzier. Dipotong sesaat setelah makan siang. Kaos seragam baru yang lusuh dan mengkerut, orgen tunggal yang bisu, acara yang padat dan gerutu.

Mereka sudah berusaha, meski tetap saja kita tidak bisa menyenangkan semua orang, pun sudah berusaha maksimal.  Gerbong kedua dan hari kedua yang panjang. Kejutan demi kejutan, kekesalan demi kekesalan menghadapi diri sendiri, pun mereka. Lelah yang membosankan, yang terkadang membuat saya ingin melompat keluar dari gerbong ini.


Gerbong Ke-3 dan Hari Ketiga

Gaungnya sudah dikumandangkan. Sekali lagi kami akan berkumpul, bukan untuk suksesi, tapi silaturrahim yang jeda setahun kebelakang. Entah pesta dengan romantika, atau pesta kebun belakang, standing party atau yang lainnya kali ini.

Cita-cita besar gerbong SK memang belum tercapai maksimal.  Saya harus menyusun kata-kata untuk peringatan hari ke-3 itu. Biar tak gemetar di podium nanti. Bagaimanapun gerbong ke-3 baru sebatas pintu, masih banyak ruang yang harus dibenahi di dalamnya.

Lalu saya mendapati diri saya salah menyimpulkan. Ternyata bukan hanya pada gerbong pertama, kedua atau ketiga saya mendapati kesan yang begitu anugerah, tapi pada setiap gerbong yang saya lewati adalah anugerah yang betapa. Karena mengenal meraka tak pernah ada gantinya.

Jakarta, 30 Juni 2009
Jelang Milad SK ke-3




Add a Comment
   




Copyright 2009 Multiply Inc, 6001 Park of Commerce, Boca Raton, FL 33487, USA
Stop e-mails, view our privacy policy, or report abuse: click here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar