Senin, 29 Juni 2009

BIDADARI BERHATI PERMATA

arief hidayatullah has posted a new blog entry.


Manage alerts settings

Blog EntryBIDADARI BERHATI PERMATAJun 30, '09 12:56 PM
for everyone

Senja membelah seantero kota Jakarta, cahayanya menghiasi taman penuh pesona. Celoteh riang anak kecil, bagaikan alunan musik sore hari.

Tampak seraut wajah, Qurrah berjalan pulang dari kerja, dengan wajah lesu. Aini sangat gembira, melihat suaminya telah pulang, iapun menyambutnya penuh kasih sayang. Aini  kasihan melihat sang suami lelah mencari nafkah, iapun membuatkan secangkir kopi cinta dan spesial ciuman sayang sepenuh jiwa. Namun, tiba-tiba……..pyar……gelas terjatuh dan membasahi celana Qurrah.

            "Aduh" apa-apaan kamu ini, kalo ngerjain apa-apa matanya dipake bisa gak?, saya itu capek pulang kerja mestinya kamu ngerti!" Bentak Qurrah dengan lantang.

            "Maaaf, mas…saya gak sengaja" keluh Aini, ia pun menangis. Dengan suara terbata, ia mencoba meluluhkan hati sang suami. "saya memang istri yang tidak berguna, mas boleh lakukan apa saja, mas boleh bentak saya, Aini akan terima….tapi mas jangan marah……Aini sayang sama mas. hik….3x"

            Qurrah-pun meninggalkan Aini, ia pergi dan tidak memperdulikan tangisnya, ia merasa gerah dengan perlakuan istrinya, yang ia anggap tak bisa menjalankan kewajiban dengan baik. Namun, dalam kesendiriannya Qurrah merenung, ia menyesal telah membentak istrinya. Ia kasihan, jika istri secantik dan sebaik Aini harus hidup bersamanya, yang penuh dengan kekurangan. Akhirnya dalam keadaan yang sudah mencair, Qurrah pun berpikir untuk menceraikan Aini, ia tak sanggup melihat Aini hidup susah bersamanya.

Aini adalah wanita cantik yang banyak diidam-idamkan oleh pria, banyak pria patah hati karena Aini jatuh ketangan Qurrah. Sebenarnya Aini bisa mendapatkan pria yang lebih tampan dan lebih kaya dibanding Qurrah, bahkan yang lebih shalih. Namun, Aini sudah terlanjur cinta.

Esoknya, saat surya mulai tenggelam, Qurrah datang dengan rencana yang telah ia buat. Ia bermaksud menceraikan Aini, ia terus mencari kesalahan Aini, agar Aini meminta cerai kepadanya. Tak jarang Aini harus meneteskan airmata.

Dengan penuh ketabahan dan kesabaran, Aini menerima segala perlakuan Qurrah. Meski ia menangis, tidak pernah ada gurat kecewa dan keluh atas penderitaannya. Justru sebaliknya, semua penderitaan itu ia terima dengan lapang dada.

♥♥♥♥♥♥

            Malam pun tiba, menepis kegalauan Aini. senyum lebar serta semangat menghiasi langkahnya, sembari mempersiapkan menu makan malam untuk suami tercinta. Ia ingin memberikan kejutan kepada suaminya, sebuah menu special, sambal tomat dan sayur kangkung kesukaannya. Ia melangkah menuju  kamar. Namun, sayup-sayup ia mendengar rintihan tangis kekasihnya di balik pintu kamarnya, seperti mengadu. Ia terus memperhatikan kalimat-kalimat yang terus terucap, hingga membuat suami tercinta menangis.

            "Ilahii, Engkau telah berikan karunia-Mu kepada hamba, seorang istri cantik jelita, yang senantisa menyayangi hamba, menuntun hamba untuk selalu mengenal-Mu. Senantiasa menutup aib hamba, hingga nama dan diri hamba bersih di mata manusia. Hamba tidak bermaksud menyakiti serta menyia-nyiakannya. Hamba hanya  tidak ingin ia bersedih dan meneteskan airmata, karena hidup bersama hamba. Jika Engkau berkenan, takdirkanlah hamba berpisah dengannya." Nafas Qurrah mulai tersengal, ia menangis, terbata merangkai kata. "karena ia adalah mutiara yang tak pantas untuk menghiasi hidup hamba. Berikanlah kepadanya, seorang suami yang memang pantas untuk membimbingnya. Jangan Kau biarkan ia bersedih karena hamba." Hik….hik…..hik Qurrah pun mengakhiri do`anya, tangis deras mengalir. Membasahi jiwa dan pipinya.

            Mendengar do`a sang suami, Aini meneteskan airmata, jantungnya sesak, seolah langit runtuh menimpa dirinya, tubuhnya lemas tanpa tenaga.  Namun, ia tetap memantapkan langkahnya, meneguhkan sang suami.

            "Mas, do`a apa gerangan, yang engkau ucapkan kepada Tuhanmu? Tegur Aini dengan lembut.

Qurrah pun terkaget melihat istrinya.

 "Relakah engkau menempuh jalan yang dibenci Rabbmu, dengan menempuh perceraian?. Mas, Jika permata ini harus hilang darimu, maka tidak siapapun yang akan menyentuhnya, bahkan memilikinya." "Aku hanya hamba-Nya yang lemah, yang mencoba belajar kesabaran seperti Mariam, dan seperti Aisyah istri Fir`aun, yang dalam penderitaannya, justru ia semakin dekat dengan Rabbnya, yang dengan seizin-Nya, ia melihat rumah indah yang dibangun dari marmer putih. Hingga saat itu Allah menyelamatkannya, dengan mencabut nyawanya terlebih dahulu, sebelum akhirnya tentara Fir`aun menghujamkan batu di atas tubuhnya.

"Mas, Kan ku coba melayanimu hingga tenaga dan nafasku lepas dari hidupku. Karena engkaulah pelita jiwaku." Tegur Aini penuh santun dan kelembutan.

            Kemudain ia melanjutkan, "Tidakkah kau ingat dulu engkau penah mengatakan kepadaku:

مَن صَبَرَ عَلَى  سُوْءِ خُلُقِ زَوْجِهَا أَعْطَاهَا اللهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ ثَوَابِ آسِيَةَ امْرَأَةِ فِرْعَوْنَ.

"Barang siapa (wanita) yang berlaku sabar atas kejelekan suaminya, maka Allah akan memberikannya pahala sebagaimana pahala Aisyah istri Fir`aun."

"Apakah engkau juga menginginkau aku tidak mendapatkan ridhaNya, karena tidak mengabdi keapadamu?" dan menginginkanku jatuh dalam nista, karena hilang kesabaranku? Serta tiada pernah mencium aroma surgaNya karena meminta cerai kepadamu? Sebagaimana Rasulmu mengajarkan:

أَيُّمَا امْرَأَةِ سَأَلَتْ زَوْجَهَا الطَّلاَقُ مِنْ غَيرِ مَابَأسٍ فَحَرَامُ عَلَيْهَا رَائِحَةَ الجَـنَّةَ

"Wanita mana saja yang meminta cerai dari suaminya tanpa sebab yang menyakiti, maka haram baginya aroma surga". Seraya memegang bahunya dan memeluknya

Tutur lembut Aini meluluhkan hati Qurrah. Ia pun terdiam, ia melihat ada kesungguhan dalam mata istrinya. Ia mulai mengusap air matanya.

"Istriku, betapa lembut tuturmu, betapa kuatnya engkau mengahadapiku. Sungguh kemulian Allah yang telah menciptakan hatimu melebihi kain sutera." Kau adalah bagian dari ragaku, engkau bukan pelayanku dan aku bukan majikanmu. Engkau adalah pakaian hidupku, yang bila ku lepas maka slesailah sudah ceritaku. Maafkan aku jika aku telah menyakitimu"

"Mas, tidak kah engkau menginginkan kesabaran seperti nabi Ayyub as? Bersabarlah menghadapiku, membimbingku tentunya engkau masih ingat bukan, sabda Rasulullah:

مَن صَبَرَ عَلَى خُلُقِ زَوْجَتِهِ َأعطَاهُ اللهُ تَعَالَى مِثلَ مَا أَعْطَى أَيُّوْبَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ مِن الأَجْرِ وَالثَّوْبِ

Barangsiapa bersabar menghadapi perangai istrinya, maka Allah akan memeberikan padanya seperti apa yang telah diberikan kepada Ayyub as berupa pahala." Jawab Aini meyakinkan

            "Iya, aku ingat" jawab Qurrah sembari mencium kening istrinya.

Keterangan Aini membuat Qurrah merasa begitu tenang. "Aini, kita do`a sama-sama yuk"

Ainipun menundukkan kepala, menengadahkan kedua tangannya. Dan Qurrah, suami Aini melantunkan do`anya:

رَبَّنَا ابْنَ لَنَا عِندَكَ بَيْتًا فِي الجَنَّةِ

Ya Tuhan kami, bangunknlah untuk kami sebuah rumah di sisimu dalam surga.

            Rembulanpun tersenyum kepada mereka, bintang-bintang seolah menari, memberi semangat dalam kehidupan mereka. Debar halus serta senyum, menghiasi jiwa mereka dan merekapun hanyut dalam cinta kasih. Fa bi ayyi aalai rabbi kumaa tukadzibaan.

♥♥♥♥♥♥

The End

"Cerpen ini penulis adaptasi dari sebuah kisah nyata seseorang. Kemudian dikembangkan dengan panduan sebuah kitab kecil karya Syaikh bin Umar al-Nawawy. Syarh Uqudullijain. Daar al-Ilm; Surabaya

 

                                                                                    Bekasi, 07 Rajab 2009 H

                                                                                                  30 Juni 2009 M





Add a Comment
   




Copyright 2009 Multiply Inc, 6001 Park of Commerce, Boca Raton, FL 33487, USA
Stop e-mails, view our privacy policy, or report abuse: click here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar